Lensa Mata Maluku Tenggara || Momen antar Yelim yang dilaksanakan dalam rangka peresmian dan dedikasi Gereja St Paulus Wain kini kini memasuki hari kedelapan pada Sabtu, (8/7/2023). Berdasarkan jadwal yang diedarkan Panitia, hari itu merupakan hari terakhir untuk mengantarkan sumbangan (“Yelim”) kepada Panitia dan masyarakat Desa (Ohoi) Wain.
Namun, karena banyak juga pertalian keluarga dari Wain Ohoiwut maupun kelompok masyarakat, Pemerintah maupun pancaran darah yang ingin mengantar Yelim diluar yang sudah dijadwalkan sehingga pada prinsipnya Panitia siap menerima jalan adat yang dilakukan.
Ketua Panitia Peresmian Gedung Gereja Katolik St. Paulus Wain Edwardus B. Jaflean menjelaskan dari sejumlah informasi yang masuk ke panitia maka sampai dengan tanggal 12 Juli masih ada kunjungan keluarga, pertalian keluarga yang mengantar Yelim untuk Gereja.
Terkait dengan rencana pelaksanaan kegiatan dihari-H, Jaflean mengaku sesuai rencana Panitia akan melakukan penjemputan diujung kampung dan kemudian rombongan yang mulia bapak Uskup bersama bapak Bupati dan Forkopimda akan diarak dari Gapura ujung kampung ke Rumah Raja oleh perwakilan ketujuh Stasi yang ada di kwasi Paroki Wain.
Di rumah raja itu nantinya rombongan akan beristirahat sejenak. Nantinya pada saat rombongan selesai beristirahat dan diarak dari Rumah Raja ke Gedung Gereja maka pada saat itulah diarak oleh basudara dari Umat Muslim Desa setempat.
“Jadi basudara muslim akan mengantar rombongan dari Rumah Raja ke Gereja, nanti ketika sampai di perbatasan Wain Katolik dan Muslim, disambut oleh rombongan sereak dari Wain Katolik dan bersama-sama mengantar ke Gereja untuk kemudian prosesi peresmian kemudian dilanjutkan dengan dedikasi dan terakhir ditutup dengan serimoni.” Kata Jaflean Senin, (10/7/2023).
Menurut Edwardus, selain umat Katolik ketertiban dari komunitas Umat Muslim sangat luar biasa dalam proses antar Yelim tersebut.
“Antar Yelim ini dilaksanakan bukan saja dari komunitas Katolik, tetapi juga dari Umat Muslim seperti basudara kita yang datang dari Tual, Watran dan Ohoitel.” Terang Edward
Ia menjelaskan, dari ketiga Desa di Ohoitel baik Muslim, Protestan dan Katolik semuanya bergabung lalu mengantar Yelim secara bersamaan. Selain itu, ada pula pertalian keluarga yang ada disana. Mereka berjalan sendiri-sendiri begitu pula dari Tual.
Dari Tual, komunikasi muslim itu berjalan dalam dua kelompok. Sementara dari komunitas protestan pun ada yang mengantar Yelim seperti misalnya basudara dari Taar dimana Pemerintah Ohoi, Majelis Jemaat dan keluarga Taranten, Ubleuw bergabung dan mengantar Yelim dalam rangka peresmian Gereja Santo Paulus Wain.
Sementara untuk wilayah Kecamatan Kei Kecil Timur, turut hadir Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Elaar yang bergabung dengan Pemerintah Ohoi dan mengantar Yelim untuk peresmian dan dedikasi Gereja Santo Paulus Wain.
“Jadi memang terbangun suasana toleransi yang sangat tinggi saling memiliki dan sebenarnya hal-hal seperti ini yang perlu kita pertahankan dan ditingkatkan dalam rangka menjalin kebersamaan silaturahmi bahwa pekerjaan ini bukan pekerjaan manusia tatepi, ini adalah pekerjaan Tuhan dan kita yakin dan percaya bahwa Tuhan kita itu adalah satu dan sama.” Beber Edwardus B. Jaflean.
Adapun komunitas dan pertalian keluarga yang hadir saat itu terdiri dari Wain Kampung Raja, Ohoi Wain Baru, Puskesmas Raat, Marga Esomar bersama pertalian anak cucu, Pertalian masyarakat Lairngangas, Ohoi Wain Ohoitom, dan Ohoi Samawi.
Sebagai informasi, pembagunan Gereja Katolik St. Paulus Desa Wain memakan waktu sekurang-kurangnya 33 tahun lamanya untuk diresmikan. Selain itu pula, lokasi pembangunan Gereja setempat sudah empat kali mengalami perpindahan tempat dan kedudukannya.
Lokasi awal pembangunan bertempat di Pintu Pantai, kemudian berpindah tepat dilokasi Goa Santa Perawan Maria. Kemudian dibangun pada bagian belakang Gereja dan dipindahkan sedikit ke bagian depan Gereja saat ini.
Turut hadir Kepala Ohoi Wain Amir Wala Leisubun, Sekretaris Wain Kampung Raja Faisal Lesomar bersama Ketua Pemuda, Kepala Ohoi Wain Baru Abdul Wahab Leisubun, tokoh adat, panitia dan seluruh lapisan masyarakat Ohoi Wain.(LM/Daniel Mituduan)