Lensa Mata Langgur || Drs. Hi. Muhammad Thaher Hanubun adalah salah satu tokoh penting pemerhati adat dan budaya suku Kei di Kabupaten Maluku Tenggara (Malra). Sebagai putra daerah, ia banyak berkontribusi dalam melestarikan serta menghidupkan kembali nilai-nilai adat dan budaya setempat.
Thaher yang saat itu menjabat sebagai Bupati Malra sangat dicintai dan dekat dengan rakyatnya. Segala sesuatu yang hendak dilakukannya selalu dilandasi dengan adat. Hal ini dilakukan Hanubun, guna mengikuti jejak para leluhur nenek moyang Suku Kei selalu pencetus Hukum Adat Larvul Ngabal.
Faktanya, dalam jalan adat yang dilakukan Thaher Hanubun bersama Forkopimda dan seluruh OPD di Desa Langgur mengisahkan sejarah hidup toleransi yang hakiki di Bumi Larvul Ngabal itu.
Thaher menyebut, ada beberapa istilah yang sering kali digunakan oleh masyarakat untuk mengantar sumbangan “Yelim” antara lain Yelim, vor ta’au dan juga istilah Lidar, ar lidar atau ar kerja. “Ini biasanya dilakukan oleh satu kelompok atau satu marga atau satu kampung.” Ujar Bupati disela-sela kegiatan jalan adat di Langgur Senin, (10/7/2023).
Kata Hanubun, “Yelim” biasanya berupa barang-barang yang dibawa atau bisa juga berupa uang yang dikumpulkan. Tidak perlu banyak. Selain itu, hasil bumi dari masyarakat itu sendiri berupa pisang, keladi, petatas, bawang merah, bawang putih, kacang panjang dan lainnya.
Tradisi “Yelim” dapat pula berupa hewan ternak, misalnya Kambing atau Sapi. Jadi tidak berlebihan. Artinya membawa barang-barang hasil bumi atau yang didapat setiap hari. “Semuanya tidak ada pemaksaan, semuanya dilakukan dengan kerelaan hati untuk menghidupkan kembali budaya-budaya tempo dulu.” Jelasnya.
Tradisi ini biasanya dilakukan pada saat peristiwa kematian, acara pernikahan, atau pada acara peresmian Gereja, peresmian Mesjid dan sebagainya di Kepulauan Kei.
“Jadi ‘ar lidar’ itu dilakukan dan merupakan suatu tradisi yang diwariskan leluhur Kei secara turun temurun. Tradisi inilah yang mengikat kami orang Kei dalam kehidupan bermasyarakat.
Olehnya itu, sebagai Kepala Daerah, saya berusaha menghidupkan kembali tradisi ini seperti yang terjadi sekarang yang sedang kami laksanakan tanpa kami membeda-bedakan satu dengan yang lain dalam kebersamaan.
Dikesempatan itu, orang nomor satu di Malra itu turut menyuarakan seluruh masyarakat Indonesia dimana saja berada, khususnya masyarakat Maluku, lebih khususnya lagi masyarakat Kei.
“Saya memulainya dari peresmian gereja Ohoijang melalui pemerintah daerah. Untuk itu, saya menghimbau kepada anak Kei yang dimana saja berada agar tradisi ini kita pertahankan, kita hidupkan kembali apa yang telah diwariskan para leluhur.” Pungkasnya.(LM/Daniel Mituduan)