Lensa Mata Pringsewu || Tahun 2023 tokoh tua kolaborasi tokoh-tokoh muda menjadi tajuk isu kepemimpinan periode 2022-2027, hal ini disampaikan oleh MUHTASHOR Sekum PD Muhammadiyah Kab. Pringsewu saat menggelar Musyawarah Daerah (Musda) Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke- 3 yang dilaksanakan tanggal 20-21 Mei 2023 di Graha Ahmad Dahlan UMPRI Lampung, Senin (22/5/2023).
Sekum PD Muhammadiyah Muhtashor mengatakan bahwa Persyarikatan Muhammadiyah adalah Organisasi kemasyarakatan Islam yang bercirikan moderat dan berkemajuan yang kini telah berkembang di seluruh wilayah tanah air dan cabangnya tersebar di setidaknya 28 negara.
“Persyarikatan Muhammadiyah adalah Organisasi kemasyarakatan Islam yang bercirikan moderat dan berkemajuan yang kini telah berkembang di seluruh wilayah tanah air dan cabangnya tersebar di setidaknya 28 negara, maka harus dikelola dengan apik dan baik”, ucapnya
Perkembangan masyarakat dalam paham keagamaan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan. Hal ini jika tidak disikapi dengan sikap responsif yang berkemajuan maka ormas akan tertinggal dan menjadi sejarah masa lalu.
Oleh karena itu persyarikatan Muhammadiyah dalam mengurusnya harus berkolaborasi antara tokoh-tokoh tua dengan tokoh-tokoh muda. Tokoh-tokoh muda difungsikan untuk cepat respon terhadap gejala dan masalah keumatan, organisasi dan mengelola perkembangan kemajuan di segala bidang.
Hal ini akan terhambat jika dilakukan oleh tokoh-tokoh tua yang sarat dengan lebih lambat untuk merespon hal-hal tersebut di atas. Contoh kecil saja, ketika menerima informasi, konsultasi melalui media whatsapp bahkan kadang emergency, penanggapannya bisa esok, lusa atau bahkan lupa. Tokoh muda diperlukan untuk membuka gerbang, mencari dan memperluas informasi serta mencari berbagai format pengembangan-pengembangan.
Responsif, bukan reaktif dalam menghadapi setiap kemungkinan yang terjadi berupa gejala di masyarakat dan alam.
Sementara tokoh tua sangat diperlukan untuk pengembangan dan membina sisi-sisi kepribadian (personality), sikap (attitude) dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, kemampuan baca tulis Al-Qur’an dan hadist serta kualitas ibadah para pengelola persyarikatan.
Organisasi boleh melaju dengan kecepatan (speed) yang kuat, tapi rem, setir tidak boleh hilang supaya perjalanan organisasi tetap pada koridor nya yakni pada khittoh perjuangan, AD-ART dan paham keagamaan Muhammadiyah.
Anak muda itu sering ” Kaduk Wani Kurang Dedugo” sehingga cepat tapi kadang kurang perhitungan dan pandangan, sehingga terkesan kurang bijaksana.
Disinilah peran tokoh tua untuk menghaluskan, meluruskan dan mengembangkan kebersamaan dalam gerakan.
Semoga persyarikatan Muhammadiyah di kab. Pringsewu ke depan lebih baik dan mampu menjawab tantangan masyarakat, bangsa dan negara bersama pemerintah daerah untuk membangun Jejama Secancanan, memajukan peradaban bangsa pungkasnya.(Budi Prayitno)